Pages

Jumat, 30 Mei 2014

Tetesan Kata "Berijin Ama Ine"

"Serilah ulung ni belo serecak uwah ni pinang sekulah beloh muranto pantang ulak sebelum menang"

BERIJIN AMA INE
Karya: Usman Kari


rakan sebet taon bermenye
Ini sara cerite ku rike
Kucak ke kire nge berkaol konote kire nge bernaru
Genap kire ken penemah ni langkahku
Salam semah ku buge kire gere ne naru
Salam mulie sepuluh jejariku

Gelah Tirus e lagu gelas bulette kire lagu umut
Berijin seringkel rela turah ku sebut
Ike lebehe kire gelah bejemput
Ike benewe kire gelah besaput

Timul kekire ulu petungkuk
Bene ni karu kire enti ne gabuk
Ate mungune hana die keber ni ama ine
Anak mu mukale ken tanoh rembege

Kene ama ine seber gelah beberet murip turah bertenege
Ari kena dele nge heme iatan Denie
Nge muloi lale nge timul menye
Buge ini ken bertih wan kenduri penawar ken rembege
Nguk ken penemah ni langkah tabi ku ama ine

Nge nyanya kire kunul semile
Berakah I joyah sene I telege
Rupen nge magrib isi ni Denie
Hana keti lale di ku engon kite

Woo rakan sebet semah si mulie bahgie
Kami sabe muninget urum galak ni gegure
Lagu pucuk ni rom kemel muleme gegebe
Nge dele tu lompong muhasil mi kire ken buge

Uyem mutalu urum laoh muderu
Atengku mukale denem sabe ken sebuku
Buge salupi emun si ken penemah ni kuyu
Lut tawar nge ken penurip ni urangku

Remuk ni ate nge timul sebuku
jejari sepuluh ken pelengkap ni kumu
Semah sujud mulie ken ama ine ku
Ari kucak sawah besilo si nge mungaul ni aku

Berijin ama ine ku ken jerih payah mu
Si nge beporak Uren ken tudung mu
Buge ken tuah mi kire rembege harapanmu
Berijin, berijin, berijin, ama ine ku

Banda Aceh, 30 Mei 2014



Kamis, 29 Mei 2014

Tetesan Kata "Calon Pemimpin di Negeriku"

"Serilah ulung ni belo serecak uwah ni pinang sekulah beloh muranto pantang ulak sebelum menang"

Calon Pemimpin di negeriku

Karya: Usman Kari



Banyak kalangan telah berdebat
Seperti pahit manis rasa coklat
Menentukan siapa paling bijak
Hanya kita yang menentukan
Bukan sebelah pihak

munculnya para tokoh elit
Sudah sejak lama terbesit
Bahkan permainan mereka cukup intens
Untuk memuluskan isi perut buncit
Apapun yang terjadi selalu saja digesit

cara pemimpin yang barusan tenar
Telah memberikan inisiatif tegar
Sebagian kalangan menganggap benar
Ada juga yang menganggap semua ini hanya lah gombalan pasar

Rakyat menanti idola baru saat ini
Disaat pemimpin dalam negeri
Telah bobrok dan tidak percaya diri
Karena korupsi disana sini
rakyat menilai sosok yang dinanti
Pemimpin siap, gagah dan berani

Akankah semua yang dinanti terjadi
Kala angin tak berhembus lagi
Panas desus menyapa berganti
Menuliskan kisah rakyat dengan sendu berani
Menantikan pemimpin yang pro rakyat saat ini
Bukan malah jadi penghianat dinegeri sendiri ..


26 Mei 2014

Sabtu, 17 Mei 2014

Tetesan Kata "Politik Oh Politik"

"serilah ulung ni belo serecak uwah ni pinang sekulah beloh muranto pantang ulak sebelum menang"

POLITIK OH POLITIK

Karya : Usman Kari



Politik oh politik

Dia menyentrik
Itulah politik
Dia menggelitik
Itulah politik
Dia mengkritik
Itulah politik

Kalo gak nyentrik gak asik
Kata opa Iwan Fals

Politik oh politik
Tatanan indah kota pemerintahan
Mengelabui semua para rakyat kecil yang bertahan
Meniup selembut alunan merdu
Menyuarakan isi perut kala itu

Politik oh politik
Pemerintahan kami
Adalah pemerintahan raja
Setiap kata adalah upaya
Mengerti akan maksud mereka
Menenggelamkan rasa percaya

Politik oh politik
Akankah kami selalu dalam penindasan
kami rakyat kecil telah mengisyaratkan
Perjuangan untuk rakyat harga mati
Tapi kenapa kami masih di intimidasi?

Politik oh politik
Nyawa, harta tak berarti apa-apa
bulan april 2014 adalah fakta dan realita
Saat intimidasi, penyiksaan, hingga pembunuhan di mana-mana
Bumi Iskandar Muda kembali membara

Politik oh politik
Semua kasus mengambang seperti awan
Dimanakah semua kebenaran?
Menanti hujan yang tak kunjung datang
Seperti punguk merindukan bulan

Politik oh politik
Kami menuntut sebuah keadilan
Tanpa jaksa yang perlu bayaran
Kami mahasiswa politik punya harapan
Menuntut kalian untuk kebenaran
Kami tunggu Jawaban yang akan datang
Demi sebuah keadilan...

03.16 am, Jum'at 16 Mei 2014


Kamis, 15 Mei 2014

Tetesan Kata "Demi Sarjana"

"serilah ulung ni belo serecak uwah ni pinang sekulah beloh muranto pantang ulak sebelum menang"

DEMI SARJANA
Karya : Usman Kari

Minggu, 11 Mei 2014
Anak muda berkarya untuk bangsa
Waktu yang diberikan tidaklah lama
4 tahun aku jalani semua
Demi gelar yang ditunggu sejak lama
Pahit, manis, hujan, badai menerpa
Tak kuhiraukan itu semua
Demi gelar sarjana
Tugas dan makalah selalu menyapa
Dengan senyum belakapun percuma
Hari ini diberikan kepada kita
Esok jumpa harus dikumpul jua
Terkadang jauh dari makna
Yang ada hanya kekurangan semata
Demi gelar sarjana
3x seminggu adalah harapan ayah bunda
Menyapa anaknya dengan harapan nyata
Ayah bunda pun berkata: "Anak ku sayang apakah kamu sehat disana?
Jangan lupa belajar dan shalatnya juga"
Kata itu melekat bak lem dengan perekat
Bahkan tanpa isyarat
Ini semua
Demi gelar sarjana
Tugas akhir pun sampai juga
Akupun mengolah kata menjadi makna
kusulam dalam bab berjumlah lima
Jadilah mahakarya tanpa batas daya
Gelar sarjana di depan mata
Orang tua pun ikut bahagia
Ini semua
Demi gelar sarjana..


Tetesan Kata "Cinta"

"serilah ulung ni belo serecak uwah ni pinang sekulah beloh muranto pantang ulak sebelum menang"

CINTA

Karya : Usman Kari

11 Mei 2014
Ooohhhh cinta
Tak Dingin, panas, siang, malam
Hidup tak lepas jauh dari genggamannya
Tua, muda, opa dan oma juga pasti merasakan nya
Susah mengartikan
tapi hati merasakan itu semua
Ooohhhh cinta
Kala malam ini tiba
Akupun tertegun layu oleh bisikannya
Aku menatap dirimu yang cantik jelita
Memakai rok merah
Baju putih dengan kacamata
Sebuah camera di lengan kirinya
Seumpama gaya ala eropa
Ooohhhh cinta
Siapakah gerangan manis nan jelita
Bisakah hatiku bersandar dengan keindahanmu?
Tertunduk lesu dengan aroma mu
Karena Aku bukan orang kaya
Aku hanya makhluk biasa
Ciptaan Allah yang maha kuasa
Ooohhhh cinta
Jujur aku mengakui dengan keindahanmu
Semua bola mata tertuju padamu

Semoga lekuk indah itu Akan abadi selama-lamanya...

Tetesan Kata "Alue Naga"

"serilah ulung ni belo serecak uwah ni pinang sekulah beloh muranto pantang ulak sebelum menang"

ALUE NAGA

Karya : Usman Kari



10 Mei 2014

Pesonamu....
Indah menawan tak lepas oleh waktu
Senandung menanti jawaban dari hatimu
Aku pun tertegun malu kala itu
Saat kau menoleh dengan cumbu

Pesonamu....
Kala sore menatap langit
Tak lengah hati pun terusik
Sapuan ombak yang gemericik
Memanggil kembali insan manusia yang ingin melirik

Pesonamu....
Lautan biru segenap ungkapan jiwa
Menatap dengan lembut untaianmu
Sebongkah batu disambut pilu
Seakan engkau malu dengan hadirku

Ohhhhh Alue naga
pesona mu yang indah
Akankah disambut dengan iman?
kala anak manusia
selalu melampiaskanmu dengan noda berduaan?

Ohhhh Alue naga
maafkan aku
Maafkan kami semua
Atas tindakan kami

Yang menodaimu selama ini..

Rabu, 14 Mei 2014

Puisi Fikar Weda "Seperti Belanda"

"serilah ulung ni belo serecak uwah ni pinang sekulah beloh muranto pantang ulak sebelum menang"


SEPERTI BELANDA

Karya : Fikar Weda

                                                  
                                                  04 November 2009

Seperti Belanda
Seperti Belanda mereka atur siasat membuat kami takluk bertekuk lutut
Seperti Belanda mereka rebut hati kami
Dengan cahaya janji sambil mengutip kitab suci
Seperti belanda mereka suguhi kami anggur
Hingga kami mendengkur
Lalu dengan leluasa mengeruk perut kami
Gas alam, minyak, emas, hutan, sampai akar rumput bumi              
Seperti Belanda
Mereka pun menghunus sangkur dengan senapan siap tempur
Rumah-rumah digempur
Masjid, menasah dibuat hancur
Melebihi Belanda
mereka perkosa istri-istri kami
Mereka tebas leher putra putri kami
Mereka bunuh harapan dan cita-cita kami
Melebihi Belanda
Itulah itulah

Jakarta…

Puisi Fikar Weda "TAKENGON 29 RIBU KAKI"

"serilah ulung ni belo serecak uwah ni pinang sekulah beloh muranto pantang ulak sebelum menang"


TAKENGON 29 RIBU KAKI

Karya : Fikar Weda
                                                           2008

Dari ketinggian 29 ribu kaki
Dari jendela kanan garuda yang bening
Takengon terhampar diantara letup bukit dan gunung-gunung
Sapuan awan tipis
Menutupi kumpulan atap rumah putih
Memantulkan cahaya pagi
Hutan hijau lapis berlapis begitu anggunnya
Dari ketinggian 29 ribu kaki
Laut tawar persis sebuah kolam
Permukaan tenang
Diatas nya perahu nelayan
Seuukuran anak korek api
Agak kekiri lapangan pacu kuda
Dalam lengkung kuali
Dengan warna coklat tanah
Dikejauhan landasan rembele
Membentuk garis lintang
Dengan sisi-sisinya yang lengang
Pucuk Burni Telong mengapung dari genangan awan
Dibawahnya merentang lintas kecil
Kelok berkelok menyusur lembah
Ow Takengon
Baru saja pulih dari api tikai
Namun sepanjang tahun dimiskinkan oleh rentenir kopi
Aku endapkan sengsara petani Takengon
Sampai garuda merapatkan tubuh di Blang Bintang