Secara
garis besar, kebudayaan Gayo, terdiri dari beberapa unsur yaitu kebudayaan Gayo
Lues, yang berpusat disekitar Aceh Tenggara, kebudayaan Gayo Serbejadi di kawasan
Aceh Timur, kebudayaan Gayo Linge dan kebudayaan Lut di Aceh Tengah. Setiap
unsur kebudayaan dari tiap suku bangsa tersebut tentu saja memiliki keunikan
dan kekayaan tradisi masing – masing dimana di dalamnya juga terkandung nilai –
nilai luhur untuk kemuliaan hidup. Tak terkecuali kebudayaan masyarakat Gayo
yang berada di sekitar kawasan Takengon Aceh Tengah ( Gayo Lut ) saat
mempersiapkan sebuah hajat besar seperti upacara perkawinan yang harus melewati
beberapa tahapan adat, yang tiap tahapannya tersimpan makna yang sakral untuk
kebahagiaan hidup rumah tangga pasangan pengantin. Berikut adalah beberapa
tahapan prosesi upacara perkawinana masyarakat Gayo :
ü RISIK
KONO ( Perkenalan Keluarga )
Acara
ini merupakan ajang perkenalan keluarga calon pengantin. Orang tua pengantin
pria, biasanya di wakilkan oleh ibunya, akan menyampaikan maksud dan tujuan
kedatangan mereka untuk berbesan dengan orang tua pengantin wanita. Biasanya
acara akan di mulai dengan ramah tamah serta senda gurau sebagai awal perkenalan
dan barulah selanjutnya mengarah pada pembicaraan seriuz mengenai kemungkinan
kedua keluarga ini bisa saling berbesan.
ü MUNGINTE
( Meminang / Melamar )
Tahapan
peminangan ini tidak dilakukan oleh orang tua pengantin pria secara langsung
tetapi diwakilkan oleh utusan yang disebut telangkai atau telangke. Biasanya
mereka terdiri dari tiga atau lima pasang suami – istri yang masih berkerabat
dekat dengan orang tua pengantin pria.
Dalam
acara ini yang banyak berperan adalah kaum ibu. Mereka datang sambil membawa
bawaan yang antara lain berisi beras, tempat sirih lengkap dengan isinya,
sejumlah uang, jarum dan benang. Barang bawaan ini disebut Penampong ni kuyu
yang bermakna sebagai tanda pengikat agar keluarga pengantin wanita tidak
menerima lamaran dari pihak lain.
Selanjutnya
barang bawaan ini diserahkan dan ditinggal di rumah pengantin wanita sampai ada
kepastian bahwa lamaran tersebut diterima atau tidak. Keluarga pengantin wanita
diberi waktu sekitar 2-3 hari untuk memutuskan hal tersebut. Dalam waktu tersebut
biasanya keluarga pengantin wanita akan mencari sebanyak mungkin tentang
informasi calon pengantin pria mulai dari bagaimana pribadinya, pendidikannya,
agama, tingkah laku samapi ke soal bibit, bobot dan bebetnya. Jika lamaran
diterima maka barang bawaan tersebut tidak dikembalikan lagi tetapi sebaliknya
jika tidak, maka Penampong kayu akan dikembalikan pada pengantin pria lagi.
Setelah
mendapat kepastian lamaran diterima selanjutnya akan dilakukan pembicaraan
antara dua pihak keluarga mengenai kewajiban apa saja yang harus dipenuhi oleh
keluarga masing – masing, termasuk membicarakan mengenai barang dan jumlah uang
yang diminta oleh keluarga penganti wanita yang disebut sebagai acara Muno sah
nemah ( Menetapkan bawaan )
Dalam
pembicaraan ini keluarga pengantin pria akan diwakili oleh talangke yang harus
pandai melakukan tawar menawar atau negosiasi dengan keluarga pengantin wanita.
Sementara untuk mahar yang menentuakan adalah calon mempelai wanita sendiri dan
mahar yang diminta tidak boleh ditawar lagi.
ü TURUN
CARAM ( Mengantar Uang )
Acara
mengantar uang ini biasa dilakukan pada saat matahari mulai naik antara pukul
09.00 – 12.00 dengan harapan agar nantinya kehidupan rumah tangga pasangan
pengantin ini, termasuk rezekinya akan selamanya bersinar.
ü SEGENAP
dan BEGENAP ( Musyawarah dan Keluarga )
Dalam
acara ini akan dilakukan pembagian tugas saat acara pernikahan berlangsung.
Yang mendapat tugas melakukan berbagai persiapan pesta perkawinan adalah para
kerabat serta tetangga dekat. Acara akan berlangsung pada malam hari.
Pada
malam begenap acara akan dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok orang tua
yang akan membicarakan mengenai tata cara serah terima calon pengantin kepada
Imam ( Pemuka Agama ) sementara kelompok kedua yaitu para muda – mudi yang berkelompok
membuat kue onde – onde untuk disantap bersama – sama. Setelah itu datanglah
utusan dari kelompok orang tua ke kelompok anak muda tersebut sambil membawa
batil ( cerana ) lalu mereka makan sirih bersama sebagai tanda permintaan orang
tua pengantin wanita agar muda mudi itu rela melepas salah satu teman mereka
untuk menikah.
ü BEGURU
( Pemberian Nasihat )
Acara
ini didiadakan sesudah acara malam begenap yaitu pada pagi hari sesudah salat
subuh. Beguru artinya belajar, dimana calon pengantin akan diberi berbagai
nasehat dan petunjuk tentang bagaimana nantinya mereka bersikap dan berprilaku
dalam membina rumah tangga. Acara beguru di rumah calon mempelai wanita ini
biasanya akan diiringi juga dengan acara bersebuku ( meretap ) yaitu pengantin
wanita melakukan sungkeman kapada kedua orang tuanya untuk memohaon restu dan
doa.
ü JEGE
UCE ( Berjaga – jaga )
Acara
ini dilaksanakan menjelang hari pernikahan. Disini para kerabat dan tetangga
dekat akan berjaga – jaga sepanjang malam dengan melakukan berbagai kegiatan
adat seperti acara guru didong ( berbalas pantun ) serta tari tarian. Pada
malam itu calon pengantin wanita akan diberi inai oleh pihak ralik ( keluarga
pengantin wanita ).
ü BELULUT
dan BEKUNE ( Mandi dan Kerikan )
Dahi,
pipi dan tengkuk calon pengantin wanita akan dikerik oleh juru rias atau wakil
keluarga ibunya yang paling dekat setelah sebelumnya dilakukan acara mandi
bersama di kediaman masing – masing yang disebuat acara belulut. Bekas bulu –
bulu halus kerikan tadi selanjutnya akan ditaruh dalam sebuah wadah berisi air
bersih dan dicampurkan dengan irisan jeruk purut untuk ditanam. Dipercayai
nantinya rambut pengantin akan tumbuh subur dan lebat.
ü MUNALO
( Menjemput Pengantin Pria )
Pada
hari dan tempat yang telah disepakati rombongan pengantin wanita yang dipimpin
oleh telangkai, selanjutnya disebut sebagai pihak beru, sambil menabuh canang
yang dilakukan oleh para gadis bersiap menunggu kedatangan rombongan penantin
pria yang disebut pihak bei. Sementara itu pengantin wanita di rumahnya telah didandani
dan menanti dalam kamar pengantin. Canang akan semakin keras ditabuh dan
terdengar bersahutan ketika pihak bei sudah mulai kelihatan dari kejauhan.
Saat
pihak bei telah tiba, tabuhan canang dihentikan dan pihak beru akan membuka
percakapan sebagai ucapan selamat datang dan permohonan maaf jika terdapat
kekurangan dalam acara penyambutan tersebut. Setelah itu dilakukan tarian guel
dan sining serta saling berpantun. Disini pengantin pria akan diajak ikut
menari bersama. Setelah itu calon pengantin pria diarak beramai ramai menuju
kediaman pengantin wanita.
ü MAH
BEI ( Mwengarak Pengantin Pria )
Sebelum
rombongan pengantin pria sampai ke rumah pengantin wanita, mereka akan terlebih
dahulu berhenti di rumah persinggahan yang disebut Umah selangan selama 30 – 60
menit. Ditempat ini rombongan akan menanti datangnya kiriman makanan yang
dibawa oleh utusan pihak beru. Bila kiriman itu dianggap berkenan maka
rombongan akan melanjutkan perjalanan menuju rumah pengantin wanita, setelah
mendengar kabar bahwa kelurga pengantin wanita telah siap menerima kedatangan.
Sebaliknya bla tidak berkenan maka acara bisa tertunda bahkan batal. Dalam
perjalanan ini, pengantin pria diapit telangkai yang bisanya terdirri dari dua
orang laki – laki yang sudah menikah. Pada acara ini orang tua mempelai pria
boleh tidak mendampingi karena tugas tersebut telah diwakilkan.
Setibanya
rombongan bei di rumah pengantin wanita, tiga orang ibu akan langsung datang
menyambut dan saling bertukar batil tempat sirih lalu diadakan acara basuh kidding
( cuci kaki ) di depan pintu masuk. Uniknya yang melakukan acara basuh kidding
ini adalah adik perempuan pengantin wanita. Jika pengantin wanita tidak
memiliki adik perempuan maka tugas ini bisa digantikan oleh anak pakciknya.
Setelah itu sebagai tanda terima kasih, pengantin pria akan memberikan sejumlah
uang kepada adik pengantin wanita tersebut.
Selanjutnya
pengantin pria akan melakukan acara tepung tawar yang dilakukan oleh keluarga
pengantin wanita. Sambil dibimbing masuk rumah, pengantin pria akan diserahkan
oleh keluarganya dan didudukkan berhadapan dengan ayah pengantin wanita untuk
acara akad nikah yang disebut acara Rempele ( Penyerahan ).
Sebelum
akad nikah dimulai telah disiapkan satu gelas air putih, satu wadah kosong dan
sepiring ketan kunung untuk melakukan tata acara adat. Selesai akad pengantin
pria memberikan S apBatil Mangas kepada mertua laki – lakinya. Selama akad
berlangsung pengantn wanita yang telah didandani tetap tinggal di dalam kamar
sambil menunggu dipertemukan dengan suaminya. Acara inilah yang disebut kamar
dalem.
ü MUNENES
( Ngunduh Mantu )
Acara
ini sebagai simbol perpisahan antara pengantin wanita dengan orang tuanya
karena telah bersuami dan akan berpisah tempat tnggal, termasuk juga sebagai
acara perpisahan di masa lajang ke kehidupan berkeluarga. Pengantin wanita akan
diantar ke rumah pengantin pria sambil membawa barang – barangnya dari
peralatan rumah tangga sampai bekal memulai hidup baru. Setelah itu diadakan
acara makan bersama. Biasanya setelah tujuh hari pengantin wanita berada di
rumah pengantin pria, orang tua pengantin pria akan dating ke rumah besannya
sambil membawa nasi beserta lauk pauk. Acara yang disebut Mah Kero Opat Ingi
ini bertujuan untuk lebih saling mengenal antar dua keluarga yang sudah
bebesan. oleh (GAYO comunity "NAD" pada 1 Mei 2010)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar