Pages

Minggu, 30 November 2014

Tetesan Kata "Bingkisan Kado Terindah (Bang Opit dan Kak Eva)"

"serilah ulung ni belo serecak uwah ni pinang sekulah beloh muranto pantang ulak sebelum menang"

 Bingkisan Kado Terindah (Bang Opit dan Kak Eva)

Karya : Usman Kari




Suara ombak mengahampiriku
Instrumen indah mengalir dengan sendu
Tanah Bumi Teuku Umar
Menjadi saksi bingkisan kado terindah ini

Kala sang waktu berayun lembut
Aku masih merasakan keindahannya
Iya aku mencoba merajik sebuah kata
Semoga ini menjadi kado terindah
untuk keluargaku Bang Opit dan Kak Eva

Alunan Ayat Suci Alqur’an telah dilantunkan
Mesjid Agung Al-Makmur Lamprit saksinya
Pada kamis 20 november 2014
waktu yang tepat untuk berikrar
menjadi keluarga sakinah, mawaddah, warahmah

Harapan kini telah menjadi kenyataan
Keluarga yang dibina hingga anak cucu nantinya
Adalah doa yang yang dipanjatkan
Oleh orang tua dan para keluarga

Bang Opit dan Kak Eva
Selamat berbahagia
Semoga rasa bahagia ini selalu menyapa
Hingga akhir jaman nantinya

Bang Opit dan Kak Eva
Maafkanlah saya
Karena hanya ini bingkisan kado terindah saya
Semoga bisa menjadi pelipur lara
Dalam jiwa yang selalu merindu
Untuk kalian berdua


Meulaboh, 01 Desember 2014

Rabu, 26 November 2014

Tetesan Kata "Geredees (Tak Sama)"

"serilah ulung ni belo serecak uwah ni pinang sekulah beloh muranto pantang ulak sebelum menang"



 “Geredees (Tak Sama)”
  
Karya : Usman Kari

                                                         
Terlalu bisu mulutku bicara
Bias - bias kecil mulai menyerupai
Mata sayu melirik secuil cahaya
tak sanggup melihat bias setitik
walau nyata juga menghampiri

Kaki melangkah terasa mudah
Hingga memberanikan diri untuk berlari
namun apa daya melangkah jauh
Hanya bisa bercengkrama dengannya
Seolah mengajarkan tetesan malam dengan gelapnya tanpa diam

Semua masih dalam genggaman
Dan ocehan itupun selalu menyapa
tertata dan berantaikan api
Semua ini tak bisa dihindari
Hanya takdir yang bisa berbicara
Menunggu waktu saatnya tiba

Persimpangan itu selalu hadir
Entah itu merupakan kewajiban
Atau hanya sekilas pandangan
Tak ada satupun berani menghampiri
Walau tak bisa aku harus melawan

Takdir terus mengenggam dengan kuat
Walau badan telah luluh lantak
Sepertinya langkah ini pasti
Menyerupai diri sendiri dengan adanya
Aku bisa dan aku bisa

Dia tidak pernah kenal waktu
kata-kata mu saja terdiam membisu
Seolah membuat dia terkesan malu
Bukankah itu adalah pola pikir tingkahmu
nyata dan nyata semua tak sama

Dan mulut kini mulai tepasung
Saat kau diam tanpa bahasa
Mengartikan hidup ini tak sama
Semua tak sama dan tak permah sama

Ijinkan aku wahai sang malam
Menghapus kisah malam ini
Sedikit memang terkadang terlihat pilu
Dan nyatanya hati masih merindu
Maafkan aku tentang semua ini..

                                                                                        Banda Aceh, 02 Okt 2014

Senin, 10 November 2014

Tetesan Kata "Pahlawan Aman Dimot"

"serilah ulung ni belo serecak uwah ni pinang sekulah beloh muranto pantang ulak sebelum menang"

                 “Pahlawan Aman Dimot”
                         Oleh : Usman Kari


Tenamak Linge Isak Tanoh Gayo
Sekitar Tahun 1900 silam
Abu Bakar Bin Utih Aman Dimot
Pang Perang dari Tanah Gayo

Tanah subur telah mengayun harapan
Menuntut suatu perjuangan
Lahirlah seorang ksatria
Membela tanah air tanpa pamrih
Demi suatu cita-cita bangsa
Merdekalah suatu negara dan agama

Langkahmu yang begitu gagah
Tatapanmu begitu tajam
Menggelora bagai anak bedil
Menyerang tanpa ampun
Penjajah musnah di bumi pertiwi

Pahlawanku Aman Dimot
Perjuanganmu tak akan pernah layu
Disisipi sang waktu
Tak akan pudar disapu sang zaman
Semangatmu akan selalu dikenang

Demi kemerdekaan agama dan bangsa
Kau relakan semua terkuras habis
Tanpa peduli semua terus terkikis
Tak sedikit pengorbananmu
untuk tanah air tercinta

Para penjajah terkulai lemas
Ketika pedang saktimu menebas
Bagai hujan semua terurai
Semua telah terkuras
Rentetan bedil serdadu melemahkanmu

Namun napasmu masih berjuang
Niat mu semakin terang
Dan para serdadu mulai takut
Ketika anak bedil nan ganas
Tidak melukai tubuhmu

Hingga para serdadu mulai bingung
Dengan menggunakan tank bengis
Mereka menggilasmu tanpa kasih
Namun tubuh kuat nan gagah
Dan semangat juangmu masih hidup

Para serdadu-serdadu itu mulai panik
Dengan cara teramat sakit
Mereka habisi nyawamu
Granat serdadu lah yang telah
Melemahkan langkahmu

Tepat pukul 12.00 WIB
Engkau kembali ke pangkuan-Nya
Dengan kedamaian segenap jiwa
Doa para rakyat mengantarkan jasadnya
Desa Kandibata Tanah Karo saksinya

Kepergianmu ditangisi ratapan jiwa
Daun-daun pohon kini telah layu
Mendengar kisahmu yang pemberani
Heroik dan tidak takut dengan serdadu

Engkaulah Pahlawan kami
Engkaulah pejuang kami

Pahlawanku Aman Dimot
Telah kembali ke asal-Nya
Semangat juangmu akan diabadikan
Didalam hati di relung jiwa kami
Kami akan meneruskan perjuanganmu
Dengan semangat agama dan bangsa

Walau gelar pahlawan
Belum diberikan hingga saat ini
Disandangkan dengan namamu
Yang anggun itu
Oleh bangsa yang telah merdeka
Oleh bangsa yang telah lupa
Atas keringat, darah dan doamu

Kini Pahlawanku Aman Dimot
Telah berbaring dengan damai
Semoga diberikan tempat yang layak di sisi-Nya
Ia selalu menunggu peziarah
Dengan segenap doa dan harapan
Untuk kita semua…

                                                                                                        Banda Aceh, 10 Nov 2014