Pages

Kamis, 25 Desember 2014

Tetesan Kata "Dalam Bingkai Waktu (Refleksi 10 Tahun Tsunami Aceh)"

"serilah ulung ni belo serecak uwah ni pinang sekulah beloh muranto pantang ulak sebelum menang"

"Dalam Bingkai Waktu (Refleksi 10 Tahun Tsunami Aceh)"

Karya : Usman Kari



Dengan ratapan kecil engkau melihat
Dari puing sisa engkau memanggil
Jeritan-jeritan minta tolong sayup itu
Masih terkenang didalam jiwa

Seorang anak kecil terombang-ambing
Hempasan air bah kehitaman
Terpaksa memaksanya untuk ikut juga
Dalam keganasan air bah menerjang

Ombak tangguh menghadang
Badan penuh luka hingga jahitan
Di beberapa dahi dan perutnya
Menyayat tubuh yang masih lugu

Kini dalam bingkai waktu kenangan
Pagi matahari masih malu menyapa
Tanpa terasa bumi bergoncang dengan hebatnya
Masih dalam hitungan detik
Semua terlihat hanya sekejap

Minggu 26 Desember 2004
Gempa 8,9 Skala Richter
Mematahkan sendi-sendi tanah Aceh
Hingga air bah menggelora


Tsunami..Tsunami..Tsunami
Memakan jiwa bumi Iskandar Muda

Masih dalam bingkai waktu kenangan
Air bah dengan kebengisannya menyerang tanpa ampun
Hingga sanak keluarga tercinta
Bertemu sang khalik-Nya

Semoga para saudara kita
Diberikan tempat yang layak disisi-Nya
Aamiin ya Rabbal Alaamiin..

                                                                                       Banda Aceh, 26 
Des 2014

Rabu, 24 Desember 2014

Tetesan Kata "Jeritan Rakyat"

"serilah ulung ni belo serecak uwah ni pinang sekulah beloh muranto pantang ulak sebelum menang"

"Jeritan Rakyat"

Karya :Usman Kari



Saat malam kabut menjelma
Dengan isyaratakan sebuah keadilan
Mengingat harapan semakin jauh
Melambai dengan tetesan air mata

Rakyat kecil kembali meronta
Semua harga telah kau naikkan
Dengan alas an untuk kamilah itu semua
Namun apa yang kau berikan?

Semua sesak, hiruk pikuk dimana-mana
Disaat kenderaan memacu kecepatan
Siapa cepat dia dapat itu kodenya
Siapa punya uang dia akan duluan
Selamat tinggal bagi punya harapan

Ada yang berkicau
Ada yang menari
Ada yang berdendang
Tak sedikit jeritan rakyat kengerian


Kini kami rakyat kecil
Hanya menitipkan sebuah doa
Wahai para pemimpin kami yang baru
Ingatlah kami disini
Lihatlah kami dengan atap seadanya
Dengarkan suara ronta-ronta kami

Negara kami adalah tanah air beta
Air dibeli tanah juga disewa
Sampai kapan kengerian ini berlalu
Apakah sampai nyawa berpisah jasadnya?

Tepat malam ini, kalian punya rencana
Apakah kelak memihak rakyat jelata
Atau hanya dijadikan senjata?
Untuk melancarkan aksi membasmi kami
Membunuh dengan cara membabi buta?

Cukup sudah kami kau siksa
Jangan sampai anak cucu kami
Rasakan juga hal yang sama
Jangan buat kami sengsara
Janganbuat kami menderita
Cukup..cukup..cukup..
                                                                                                       Banda Aceh, 17 Nov 2014

Minggu, 30 November 2014

Tetesan Kata "Bingkisan Kado Terindah (Bang Opit dan Kak Eva)"

"serilah ulung ni belo serecak uwah ni pinang sekulah beloh muranto pantang ulak sebelum menang"

 Bingkisan Kado Terindah (Bang Opit dan Kak Eva)

Karya : Usman Kari




Suara ombak mengahampiriku
Instrumen indah mengalir dengan sendu
Tanah Bumi Teuku Umar
Menjadi saksi bingkisan kado terindah ini

Kala sang waktu berayun lembut
Aku masih merasakan keindahannya
Iya aku mencoba merajik sebuah kata
Semoga ini menjadi kado terindah
untuk keluargaku Bang Opit dan Kak Eva

Alunan Ayat Suci Alqur’an telah dilantunkan
Mesjid Agung Al-Makmur Lamprit saksinya
Pada kamis 20 november 2014
waktu yang tepat untuk berikrar
menjadi keluarga sakinah, mawaddah, warahmah

Harapan kini telah menjadi kenyataan
Keluarga yang dibina hingga anak cucu nantinya
Adalah doa yang yang dipanjatkan
Oleh orang tua dan para keluarga

Bang Opit dan Kak Eva
Selamat berbahagia
Semoga rasa bahagia ini selalu menyapa
Hingga akhir jaman nantinya

Bang Opit dan Kak Eva
Maafkanlah saya
Karena hanya ini bingkisan kado terindah saya
Semoga bisa menjadi pelipur lara
Dalam jiwa yang selalu merindu
Untuk kalian berdua


Meulaboh, 01 Desember 2014

Rabu, 26 November 2014

Tetesan Kata "Geredees (Tak Sama)"

"serilah ulung ni belo serecak uwah ni pinang sekulah beloh muranto pantang ulak sebelum menang"



 “Geredees (Tak Sama)”
  
Karya : Usman Kari

                                                         
Terlalu bisu mulutku bicara
Bias - bias kecil mulai menyerupai
Mata sayu melirik secuil cahaya
tak sanggup melihat bias setitik
walau nyata juga menghampiri

Kaki melangkah terasa mudah
Hingga memberanikan diri untuk berlari
namun apa daya melangkah jauh
Hanya bisa bercengkrama dengannya
Seolah mengajarkan tetesan malam dengan gelapnya tanpa diam

Semua masih dalam genggaman
Dan ocehan itupun selalu menyapa
tertata dan berantaikan api
Semua ini tak bisa dihindari
Hanya takdir yang bisa berbicara
Menunggu waktu saatnya tiba

Persimpangan itu selalu hadir
Entah itu merupakan kewajiban
Atau hanya sekilas pandangan
Tak ada satupun berani menghampiri
Walau tak bisa aku harus melawan

Takdir terus mengenggam dengan kuat
Walau badan telah luluh lantak
Sepertinya langkah ini pasti
Menyerupai diri sendiri dengan adanya
Aku bisa dan aku bisa

Dia tidak pernah kenal waktu
kata-kata mu saja terdiam membisu
Seolah membuat dia terkesan malu
Bukankah itu adalah pola pikir tingkahmu
nyata dan nyata semua tak sama

Dan mulut kini mulai tepasung
Saat kau diam tanpa bahasa
Mengartikan hidup ini tak sama
Semua tak sama dan tak permah sama

Ijinkan aku wahai sang malam
Menghapus kisah malam ini
Sedikit memang terkadang terlihat pilu
Dan nyatanya hati masih merindu
Maafkan aku tentang semua ini..

                                                                                        Banda Aceh, 02 Okt 2014

Senin, 10 November 2014

Tetesan Kata "Pahlawan Aman Dimot"

"serilah ulung ni belo serecak uwah ni pinang sekulah beloh muranto pantang ulak sebelum menang"

                 “Pahlawan Aman Dimot”
                         Oleh : Usman Kari


Tenamak Linge Isak Tanoh Gayo
Sekitar Tahun 1900 silam
Abu Bakar Bin Utih Aman Dimot
Pang Perang dari Tanah Gayo

Tanah subur telah mengayun harapan
Menuntut suatu perjuangan
Lahirlah seorang ksatria
Membela tanah air tanpa pamrih
Demi suatu cita-cita bangsa
Merdekalah suatu negara dan agama

Langkahmu yang begitu gagah
Tatapanmu begitu tajam
Menggelora bagai anak bedil
Menyerang tanpa ampun
Penjajah musnah di bumi pertiwi

Pahlawanku Aman Dimot
Perjuanganmu tak akan pernah layu
Disisipi sang waktu
Tak akan pudar disapu sang zaman
Semangatmu akan selalu dikenang

Demi kemerdekaan agama dan bangsa
Kau relakan semua terkuras habis
Tanpa peduli semua terus terkikis
Tak sedikit pengorbananmu
untuk tanah air tercinta

Para penjajah terkulai lemas
Ketika pedang saktimu menebas
Bagai hujan semua terurai
Semua telah terkuras
Rentetan bedil serdadu melemahkanmu

Namun napasmu masih berjuang
Niat mu semakin terang
Dan para serdadu mulai takut
Ketika anak bedil nan ganas
Tidak melukai tubuhmu

Hingga para serdadu mulai bingung
Dengan menggunakan tank bengis
Mereka menggilasmu tanpa kasih
Namun tubuh kuat nan gagah
Dan semangat juangmu masih hidup

Para serdadu-serdadu itu mulai panik
Dengan cara teramat sakit
Mereka habisi nyawamu
Granat serdadu lah yang telah
Melemahkan langkahmu

Tepat pukul 12.00 WIB
Engkau kembali ke pangkuan-Nya
Dengan kedamaian segenap jiwa
Doa para rakyat mengantarkan jasadnya
Desa Kandibata Tanah Karo saksinya

Kepergianmu ditangisi ratapan jiwa
Daun-daun pohon kini telah layu
Mendengar kisahmu yang pemberani
Heroik dan tidak takut dengan serdadu

Engkaulah Pahlawan kami
Engkaulah pejuang kami

Pahlawanku Aman Dimot
Telah kembali ke asal-Nya
Semangat juangmu akan diabadikan
Didalam hati di relung jiwa kami
Kami akan meneruskan perjuanganmu
Dengan semangat agama dan bangsa

Walau gelar pahlawan
Belum diberikan hingga saat ini
Disandangkan dengan namamu
Yang anggun itu
Oleh bangsa yang telah merdeka
Oleh bangsa yang telah lupa
Atas keringat, darah dan doamu

Kini Pahlawanku Aman Dimot
Telah berbaring dengan damai
Semoga diberikan tempat yang layak di sisi-Nya
Ia selalu menunggu peziarah
Dengan segenap doa dan harapan
Untuk kita semua…

                                                                                                        Banda Aceh, 10 Nov 2014

Rabu, 22 Oktober 2014

Tetesan Kata "Kebudayaan Yang Tercecer"

"serilah ulung ni belo serecak uwah ni pinang sekulah beloh muranto pantang ulak sebelum menang"

                                                            "Kebudayaan Yang Tercecer"
                                                           Karya : Usman Kari



Dalam keheningan malam
Bulan penuh ampunan menyapa
Hembusan napas beradu
Setetes embun kala itu
Terayun pikiran sebuah harapan
Harta yang tak ternilai harganya
Dimata siapa saja yang menikmatinya

Dalam keheningan malam
Tepukan itu kini telah layu
Ukiran itu kini telah buram
Lekukan tubuhnya kini tak lagi menawan
Kebudayaanku telah tercecer

Siapa dalang ini semua?
Siapa pelaku sebenarnya?
Siapa? Siapa? Siapa?

Apakah kami para anak muda
Apakah kami para orang tua
Atau memang sengaja
Dibuat sedemikian rupa
Sehingga kami tidak tau apa-apa
Siapa pelaku sebenarnya?

Aku harus bergegas
Aku harus bergerak
Aku harus berusaha
Aku harus Mencari kembali
kebudayaan yang hampir hilang
Ditelan arus ombak waktu
Yang selalu menggelora tiada henti

Owhhhh kebudayaan
Tanpamu kami tidak ada apa-apanya
Kembalilah bersama raga kami
Kembalilah dengan hati kami
kami menginginkan engkau
Kembali bersanding dengan jiwa kami

Akan ku peluk erat
Tak akan ku lepas lagi
Sampai dengan akhir hayat
Sampai mentari tak bersinar lagi

                                                                                                             Takengon, 03 july 2014

Kamis, 16 Oktober 2014

Tetesan Kata "Gaza Meronta, Dunia Berduka”

"serilah ulung ni belo serecak uwah ni pinang sekulah beloh muranto pantang ulak sebelum menang"

                                                      “Gaza Meronta, Dunia Berduka”
                                                          Karya : Usman Kari




Saudaraku meronta penuh duka
Para zionis israel menyerang
Tanpa ampun tanpa hati
Israel laknatullah pelakunya
Saudaraku telah syahid

Beberapa negara hanya bisa terpana
Menyaksikan dan berkata
Kami mengutuk serangan israel
Namun apa daya
Saudaraku kembali syahid
Di tanah para syuhada

Para saudaraku meronta
Kala jet tempur israel laknatullah
Menyerang tanpa ampunan
Tua, muda, bahkan anak-anak
Menjadi korbannya

Suara bom melanda saat sahur tiba
Tidak terelakkan juga saat berbuka
Israel kembali menggempur saudaraku
Tanpa dosa dan tidak tau apa-apa
Saudaraku telah syahid

Tubuhnya meronta
mulutnya berisi debu
Matanya tertutup abu
kakinya lepas
Sesekali ia mengedipkan mata
Hingga jari kecilnya terpotong

Mulutnya bungkam tak bisa berucap
Hanya dalam hati ia berkata
Laa Illahailallah Muhammadarasulullah
Allahu Akbar
Saudaraku telah syahid

Seorang anak kecil berkata
Ayah, ibu dimana?
Terus adik, dimana ayah?
Sambil kaku ayahnya menjawab
barusan rudal israel
Menyerang adik dan ibumu saat
Pulang berbelanja di dekat mesjid

Matanya tipis bagai kaca
Pecah serasa meronta tak punya daya
Diam sejenak hingga malam menyapa
Suasana rumahnya tidak meninggalkan
Kenyamanan serupa

Roket itu adalah mainan kami
Tank itu adalah sahabat kami
Ketika aku kecil,
aku telah bermain dengan tank itu
Yang setiap saat dapat membunuhku
Ketika aku kecil
permainanku adalah dengan roket
rudal yang tak ragu-ragu
untuk membunuh kami semua

Saudara-saudaraku telah dibunuh
Tank itu ku lawan dengan batu
Tapi kami masih tetap kuat
Untuk menghadapi mereka
Walaupun Masa kecil kami
Telah dirampas secara paksa

Bayi tak berdosa pun menjadi korban
Bermandikan darah sejak kecil
“Ayah jangan menangis
wahai ayahku tersayang
Aku telah syahid ayah
Ikhlaskan kepergian ku ayah “

Ya Allah, kuatkan langkah saudara kami
Berikanlah tempat yang layak disisi-MU
Kami hanya bisa berdoa
Semoga niat para pejuang
Untuk mempertahankan
Tanah para syuhada
Selalu diridhoi oleh-Nya

Ya Allah, aku sudah tak kuat lagi
untuk berucap
Hanya secuil doa kita
Yang bisa membantu mereka
Ya Allah selamatkanlah
saudara-saudara kami di Palestina

Ya Allah Hancurkanlah Zionis Israel
dan para Sekutunya
kami yakin dengan janji-janjiMu
Ya Allah

Semoga doa ini,
rasa sedih, rasa haru,
rasa tangis, rasa marah,
rasa geram, dan rasa kepedulian kita akan menjadi saksi di hadapan Allah
bahwa kita pernah peduli
dengan para saudara kita di Palestina

Selamatkan kami semua Ya Allah
Selamatkan saudara-saudara kami
Aamiin Aamiin ya Rabbal Alamiin..

                                                                                                                            Takengon, 24 july 2014

Rabu, 25 Juni 2014

Tetesan Kata "Pemimpin Kami Tak Sama"

"serilah ulung ni belo serecak uwah ni pinang sekulah beloh muranto pantang ulak sebelum menang"

"Pemimpin Kami Tak Sama"
Karya : Usman Kari



Pemimpin kami tak sama
Syarat ditetapkan dengan seksama
Sesuai dengan Undang-Undang
menentukan langkah kala itu
Demi masa depan bangsa

Pemimpin kami tak sama
Hal ini akan jadi jawabannya
Harapan dan untaian seiring
Menyebar dengan penuh keikhlasan
Menuai benih janji

Pemimpin kami tak sama
Setiap detak likuk kata
Akan kami benamkan dalam jiwa
Rakyat kecil selalu menanti
Semoga ada jawabannya

Pemimpin kami tak sama
Pertarungan kali ini bijaksana
Karena tidak memakai senjata
Cukup unik dan menarik ternyata
Suara akan jadi harapan bangsa
Hal ini bukan untuk kekayaan
Tapi untuk kesejahteraan

Pemimpin kami tak sama
KPU membuat mandat untuk peserta
Nomor urut telah dibagi rata
Siapapun mereka nantinya
cita-cita bangsa kita wujudkan bersama

Pemimpin kami tak sama
Bergeming dengan Buaian janji
Secuil bingkisan bukti tak ditepati
Dikemas dalam kain indah menawan
Hal itu hanya menyebar aroma
Itu merupakan cara lama
Dan bukan cara kita

Pemimpin kami tak sama
Bau busuk black campaigne
Terjadi dimana-mana
Namun ada Juga menyapa
sambil merintih tertawa
Namun, Itu bukan kriteria kita

Pemimpin kami tak sama
Banyak kalangan menuding
Seperti semua bergeming
kami tidak goyah dan mudah menyerah
Kami tetap satu untuk Indonesia
Untuk negeriku tercinta

Pemimpin kami tak sama
Ratapan kami masih tetap sama
Impian dan cita-cita juga ada
Disaat kau memimpin bangsa
Kelak bisa rasakan bahagia sejahtera

Pemimpin kami tak sama
Menyimpan isyarat penuh cinta
Segenggam harapan milik kita
Secuil senyuman menyapa
Kami ingin Indonesia sejahtera

Pemimpin kami tak sama
Sudah saatnya indonesia
Disegani oleh seluruh penjuru dunia
Sudah saatnya kita mandiri
Dan jangan mau lagi di intervensi
Sudah saatnya macan Asia
Kembali mengaum demi martabat bangsa indonesia

Satukan semangat
Satukan cinta
Satukan harapan
Satukan gerakan
Bersatulah negeriku
Bersatulah indonesiaku


BNA, 23 jun 2014

Kamis, 05 Juni 2014

Tetesan Kata "Wahai Saudaraku ( Untuk saudara-saudaraku di SLB Bukesra )"

"Serilah ulung ni belo serecak uwah ni pinang sekulah beloh muranto pantang ulak sebelum menang"


WAHAI SAUDARAKU
( Untuk saudara-saudaraku di SLB Bukesra )

Karya: Usman Kari



Wahai saudaraku
mata masih menatap sendu kelam kabut menyapa
mengungkap tabir segenap jiwa
kala anak manusia lalai dari kewajibannya
masih banyak saudara kita
membutuhkan senyum tawa bahagia

Wahai saudaraku
harapan tak pernah sirna dalam kehidupan
meniupkan syair lepas menuai makna
menebarkan pesona tanpa belaka
ternyata harapan masih ada
dan harapan itu masih nyata

Wahai saudaraku
sebongkah senyuman untuk kita
kembali melontarkan pandangan untuk realita
ternyata semua sama dan menjadi fakta
senyuman kita menjadi kebahagiaan untuk mereka

Wahai saudaraku
ini bukanlah akhir dari sebuah cerita
masih banyak tugas yang harus kita selesaikan
kewajiban yang harus kita tunaikan
tanpa pamrih dengan buaian cinta
antara dua kehidupan dunia dan akhirat nantinya

Wahai saudaraku
senyum kami masih senyum kita bersama
sudah saatnya hati terpanggil untuk melakukan
sebuah slogan tanpa ancaman dan tanpa kebohongan
untuk saudaraku semuanya

Wahai saudaraku
kita satu jiwa, dan kita satu keluarga
jangan pernah sedih berlinang air mata
karena hidup tidak ada yang sempurna
kesempurnaan hanya milik Allah Ta'ala
mari kita tunjukkan kepada mereka
bahwa siapakah kita sebenarnya...



Banda Aceh, 06 Juni 2014

Jumat, 30 Mei 2014

Tetesan Kata "Berijin Ama Ine"

"Serilah ulung ni belo serecak uwah ni pinang sekulah beloh muranto pantang ulak sebelum menang"

BERIJIN AMA INE
Karya: Usman Kari


rakan sebet taon bermenye
Ini sara cerite ku rike
Kucak ke kire nge berkaol konote kire nge bernaru
Genap kire ken penemah ni langkahku
Salam semah ku buge kire gere ne naru
Salam mulie sepuluh jejariku

Gelah Tirus e lagu gelas bulette kire lagu umut
Berijin seringkel rela turah ku sebut
Ike lebehe kire gelah bejemput
Ike benewe kire gelah besaput

Timul kekire ulu petungkuk
Bene ni karu kire enti ne gabuk
Ate mungune hana die keber ni ama ine
Anak mu mukale ken tanoh rembege

Kene ama ine seber gelah beberet murip turah bertenege
Ari kena dele nge heme iatan Denie
Nge muloi lale nge timul menye
Buge ini ken bertih wan kenduri penawar ken rembege
Nguk ken penemah ni langkah tabi ku ama ine

Nge nyanya kire kunul semile
Berakah I joyah sene I telege
Rupen nge magrib isi ni Denie
Hana keti lale di ku engon kite

Woo rakan sebet semah si mulie bahgie
Kami sabe muninget urum galak ni gegure
Lagu pucuk ni rom kemel muleme gegebe
Nge dele tu lompong muhasil mi kire ken buge

Uyem mutalu urum laoh muderu
Atengku mukale denem sabe ken sebuku
Buge salupi emun si ken penemah ni kuyu
Lut tawar nge ken penurip ni urangku

Remuk ni ate nge timul sebuku
jejari sepuluh ken pelengkap ni kumu
Semah sujud mulie ken ama ine ku
Ari kucak sawah besilo si nge mungaul ni aku

Berijin ama ine ku ken jerih payah mu
Si nge beporak Uren ken tudung mu
Buge ken tuah mi kire rembege harapanmu
Berijin, berijin, berijin, ama ine ku

Banda Aceh, 30 Mei 2014



Kamis, 29 Mei 2014

Tetesan Kata "Calon Pemimpin di Negeriku"

"Serilah ulung ni belo serecak uwah ni pinang sekulah beloh muranto pantang ulak sebelum menang"

Calon Pemimpin di negeriku

Karya: Usman Kari



Banyak kalangan telah berdebat
Seperti pahit manis rasa coklat
Menentukan siapa paling bijak
Hanya kita yang menentukan
Bukan sebelah pihak

munculnya para tokoh elit
Sudah sejak lama terbesit
Bahkan permainan mereka cukup intens
Untuk memuluskan isi perut buncit
Apapun yang terjadi selalu saja digesit

cara pemimpin yang barusan tenar
Telah memberikan inisiatif tegar
Sebagian kalangan menganggap benar
Ada juga yang menganggap semua ini hanya lah gombalan pasar

Rakyat menanti idola baru saat ini
Disaat pemimpin dalam negeri
Telah bobrok dan tidak percaya diri
Karena korupsi disana sini
rakyat menilai sosok yang dinanti
Pemimpin siap, gagah dan berani

Akankah semua yang dinanti terjadi
Kala angin tak berhembus lagi
Panas desus menyapa berganti
Menuliskan kisah rakyat dengan sendu berani
Menantikan pemimpin yang pro rakyat saat ini
Bukan malah jadi penghianat dinegeri sendiri ..


26 Mei 2014